Laman

Minggu, 25 September 2011

GAK AKAN ADA ASAP, KALO GAK ADA API

Oleh Dinar Zul Akbar

Masih ingat dalam ingatan kita tentang ucapan, “Gak akan ada asap, kalo gak ada sapi” eh api maksudnya. Atau ucapannya Bang Napi, “kejahatan bukan hanya terjadi karena niat pelaku, tapi juga karena ada kesempatan".
Waspadalah, terhadap seorang terpidana yang nampaknya belum bebas-bebas dari penjara. Mungkin belum dapet remisi kali, karena dia kan terpidana pidana umum bukan terpidana kasus korupsi.
Mungkin diskusi seputar rok mini sudah hampir basi. Tapi tak ada salahnya jika saya ingin kembali mendiskusikannya. Toh ini adalah negara bebas kalo kata kata-kata penggiat atau mungkin penggila HAM yang sering nongol di TIPI (baca: TV)
Karna ini masalah kejahatan, maka kita akan coba membandingkan dengan kejahatan2 yang lain yang pernah terjadi di seluruh penjuru muka bumi ini. Saya akan mencoba menulis ini sesederhana mungkin (padahal mah ngeles aja, emang belum bisa ngarang yang ilmiah juga sih).
Yang pertama kita bandingkan kasus Terorisme menurut orang kebanyakan karena diprovokasi Amerika dan peranakannya. Itu lho kasus yang ditaburi ledakan, bom, pria bertopeng, dan tulisan-tulisan Arab, eh koq ditaburi emang bedak?  yaa pokoknya itu dah, ngerti kan ya.
Apinya atau sebabnya muncul kasus itu adalah karena tingkah laku ala Cowboy-nya Amerika tehadap negeri-negeri yang mayoritas muslim seperti Irak, Afghan, Palestina dan lain-lain.
Maka asapnya atau akibatnya pihak “teroris” mencoba untuk membalas serangan Amerika and the geng tsb, eh geng, gank, atau gang ya? Yang penting paham maksudnya dah, pokoknya kalau ada salah-salah dikit mohon dimaafkan. Mumpung masih syawal, sepakat ya?!
Dan terkadang proses pembalasan “teroris” tsb juga menimbulkan kerugian tersendiri bagi kalangan muslim yang ingin dibela oleh mereka. Misalnya tentang berbagai kasus yang ada di Indonesia.
Maka, segenap jajaran elit di negara ini berusaha untuk mencegah, menghentikan, menstop, mematikan, menghilangkan wah pokoknya me-. me-, dan me-, me-kan yang lain. Dibuatlah UU Terorisme, UU Intelijen, dan perangkat yang lain yang dianggap mendukung.
Para “Teroris” dimatikan gerak-geriknya. Telepon mereka disadap, aliran dana diputus. Pokoknya aliran duit yang dari timur tengah dianggap dana buat teroris. Gak tau dah kalo uang yang dirim dari TKI di Tim-Teng apa diblokir juga apa nggak.
Makanya pernah ada seorang pimpinan Ormas Islam yang pernah bilang ke saya bahwa pasca 9/11 Ormasnya kesulitan terima dana dari timur tengah via transfer. Padahal beliau itu aktif dan bergerak di bidang pendidikan.
Katanya kalo pada mau kasih sumbangan sekarang pake cek atau uang tunai dianter langsung sama orangnya. Tapi lucunya dana dari Amrik buat biaya iklan jualan dagangan Liberalnya masih aman-aman saja, lancar mengalir ke sejumlah ormas-ormas Islam.
Dibuat juga Detasemen Khusus atau Densus 88 POLRI, di upgrade sedemikian canggihnya. Dikasih senjata super branded made in america. Trainernya juga di import langsung dari luar negeri. Anggarannya pun fantastis miliaran gan!
Tapi lucunya nangkep 1 orang teroris udah kayak operasi PKL satpol PP maennya keroyokan seharian pula. Udah mirip kayak reality show. Ya sudah kita tinggalkan densus. Dibuat pula BNPT (badan nasional penanggulangan terorisme) mirip sama lembaga BNPB (badan nasional penanggulangan bencana).
Jadi sepertinya episode teror di negeri ini sepertinya bakalan lama. Mungkin bisa sampai 12 season mengalahkan Cinta Fitri yang cuman 7 season, eh 7, 6, apa 8 ya??ah tau dah. For You Know BNPT diketuai Asyad Mbai seorang syaikh (laki-laki sepuh) yang ngomongnya suka ngelindur, bikin geleng-geleng kepala.
Masih belum cukup ternyata, dibahaslah UU intelijen. Yang merupakan reinkarnasi dari UU Subversif jaman Kakek Harto dulu. Curiga dikit tangkep. Mungkin nanti Allahu akbar-Allahu akbar dikit ditangkep kali. Naudzubillah mudah-mudah aja nggak.
Bukannya apa-apa nih, masalahnya pernah ada salah satu pangdam bilang bahwa kita harus curiga sama dandanan-dandanan model jenggot, sorban, cadar, dan lain-lain. Wah kalo itu kejadian bakal repot dah. Bisa nanti kita gak bisa makan sate kambing lagi, soalnya kambing yang pada berjenggot udah pada ditangkep-tangkepin.
Itu yang pertama, yang kedua adalah Korupsi. Sama kayak tadi pasti ada juga unsur api dan asap. Sebabnya adalah tumbuh kembangnya paham serta gaya hidup yang menyembah uang atau istilah kerennya matrealisme. Maka tak heran negara kita yang katanya miskin tapi BB laku keras disini.
Negara kita yang katanya gak mampu, tapi alphard, tau kan ya? mobil yang ada jendelanya (udah kayak kamar aja ada jendelanya.. hhaa) seliweran kesana-kemari. Maka timbullah korupsi tadi. Para koruptor gak puas kalo cuman dapet segini, toh kalo bisa lebih kenapa nggak?
Lagi-lagi segenap elit penguasa berpikir bagaimana caranya membasmi korupsi. Lalu dibuatlah UU Tipikor. Dibentuk pula KPK sebuah lembaga adhoc yang sangat superbody. Dibuat juga PPATK buat menelusuri transaksi-transaksi mencurigakan. Peradilan tipikor khususon teruntuk para koruptor juga dibuat.
Sistem lelang dalam proyek kementrian juga diselenggarkan bersifat terbuka. Renumerasi diadakan untuk pegawai-pegawai di kementrian tertentu. Dan pegawai yang lain gajinya diusahakan untuk dikatrol tiap tahunnya. Pokoknya semua yang merupakan celah dicoba untuk ditutup sedemikian rupa.
Muncul juga usaha pemiskinan koruptor, penghapusan remisi, sampai baju tahanan koruptor. Pokoknya ini-itu diciptakan berharap koruptor hilang di jagad Indonesia ini. Walaupun kenyataannya yaaa, seperti yang bisa kita saksikan sendiri.
O itu kan kasus-kasus besar tentu tidak bisa kita menyamakan dengan kasus rok mini tadi!!. Misalnya ada yang nyeleteuk begini. Oke, baiklah satu pertanyaan simple yang akan saya ajukan buat yang nyeletuk begini (Anggap saja anda melihat saya berbicara dengan orang yang nyeletuk tersebut).
Apa yang akan Ibu/Bapak lakukan agar perhiasan misal gelang, cincin, anting-anting, dll yang bapak/ibu belikan untuk anak bapak/ibu tidak diambil orang lain?
Jawaban umum dari orang-orang (gak tau dah saya kalo ada yang bicara yang lain) adalah “ya, tentu saja anak saya akan saya minta untuk tidak menampakan perhiasannya secara mencolok, atau bila perlu tidak usah-lah sekalian perhiasannya dipakai ketika mereka bersekolah .
Tentu saya akan dengan gampang menjawab “kena deh, atau Ups salah” eh bukan-bukan saya akan dengan mudah menjawab “nah, itu tau”.
Coba bayangkan kita pasti bisa se-preventif itu walaupun hal tersebut hanya perhiasan semisal gelang, cincin, anting yang notabenenya bisa dibeli lagi ketika hilang. Nah bagaimana dengan “perhiasan” yang satu itu tu.
Sudah barang tentu kita harus mencoba menjaganya sedemikian kokoh dan kuat agar jangan sampai “hilang”. Memang persoalan yang kemarin tersebut harus diselesaikan secara menyeluruh. Namun jangan lupa masing-masing pihak juga harus introspeksi. Pihak pemerintah berintropeksi bagaiamana itu bisa terjadi.
Pihak laki-laki yang dituduh pelaku juga seharusnya dapat menjaga pandangan. Memang benar ini salah otak laki-laki tersebut. Dan tidak kalah penting biar sama-sama fair juga, pihak perempuan yang merasa korban haruslah bersikap arif dan bijaksana. Intinya sama-sama memperbaiki diri, saya gak mau nyalahin siapa-siapa disini.
Kejahatan itu seperti air hujan yang secara diam-diam masuk secara vertikal ke dalam rumah melewati celah-celah sempit diantara plafon langit-langit atau yang lain, dengan kecepatan sekitar 0,5 m/s atau istilah fisikanya kebocoran.
Apa yang akan kita lakukan? sudah tentu haruslah dicari dimana letak kebocoran tadi dan kemudian menambalnya. Kalau besok masih bocor juga kita cari lagi terus, dan terus ditambal. Sudah barang tenti tentu kita tidak akan pilih-pilih menambalnya.
Hanya karena dia berada dipojokkan lantas kita malas untuk menambalnya. Atau malah hanya menyalahkan seekor tikus atau mungkin cicak yang telah menyebabkan lubang tersebut.
Alhamdulillah selesai juga. Walaupun dalam hati deg-deg-an  juga nanti diomelin lagi, sama Komnas Perempuan yang katanya ngebela perempuan nanti dibilang diskriminatif –lah itu-lah ini-lah.
Soalnya bisa repot nanti kalo emang bener Komnas Perempuan mewakili perempuan seluruh Indonesia. Bisa-bisa saya diblack-list untuk nikah sama perempuan Indonesia nanti.
Tapi di sisi lain saya juga yakin tidak kalah banyak juga perempuan-perempuan yang lebih bisa berpikir arif, jernih serta obyektif.
Wa Allahu A’lam..
dinarzulakbar_mail@yahoo.com
mukminsehat.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar