Laman

Jumat, 10 September 2010




COBA PRESIDEN KITA KAYAK GINI...

Terkait berita hebohnya rencana pembangunan gedung baru buat para wakil rakyat, isu korupsi de el el di negeri ini, kira2 kalo lihat yang ini begimana ya?

"Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?"
Jawabnya : "Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya."Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran ."




Ulama adalah posisi yang paling tinggi dimata Ahmadinejad
Ahmedi Najad, adalah presiden Iran yang membuat orang ternganga, karena pada saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Iran Istana yang sangat tinggi nilai maupun harganya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.
Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250 atau sekitar Rp 2.250.000,-. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinya seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, eko nomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan.
Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.


Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.
 
Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur, tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.
bukan seperti ini


ataw seperti DPR kita yang mau bikin gedung milyaran


presiden tidurya kayak gitu, sederhana bnget,,,,ane suka pemimpin kayak gitu
Itulah Pribadi Seorang Ahmadinejad, Seorang Presiden Iran
(dikutip dari postingan INA dalam diskusi di RUANG MUSLIM, 11-09-2010)

PROVOKASI MODE JADUL: DEVIDE ET IMPERA ALA KAPITALIS

Ditulis oleh: Reezqy Rahma pada Opini RM 

"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS 7:56)

Perang melawan Malaysia adalah IDE GILA...

Ide sangat gila, dan jangan dipikirkan sedikit pun peluangnya. Bukan karena kita takut mati, tetapi Malaysia itu bangsa Muslim. Mungkinkah kita akan berperang melawan sesama Muslim? Sudah sedungu dan sebejat itukah kita, sehingga ada niatan ingin berperang dengan sesama Muslim? Masya Allah, betapa rusaknya agama kaum Muslimin di negeri ini, sehingga urusan negara diletakkan lebih tinggi dari agama.

Kalau bangsa Indonesia berani, ayo kita berperang melawan Australia, berperang melawan Singapura, berperang melawan Timor Leste, atau Israel sekalian. Lha, sekarang mau perang dengan Malaysia, negeri yang di sana ada JUTAAN kaum Muslimin yang sama-sama bersujud, puasa, dan membaca Al-Qur’an seperti kita. Perang semacam itu sangat gila, segila ide perang Irak melawan Kuwait dan Saudi, di masa lalu. Sama-sama Muslim, sama-sama hamba Allah, kok saling memerangi?
Ketika terjadi Perang Teluk antara Irak Vs Kuwait-Saudi tahun 1990-1991, perang ini benar-benar gila, rusak, dan menghancurkan kehidupan bangsa Irak, menguras kas keuangan Kuwait dan Saudi. Tahukah Anda, mengapa terjadi perang itu? Demi Allah, perang ini adalah adu domba Eropa dan Amerika belaka. 
Saddam Hussein pernah mengaku, bahwa dia tak pernah punya niat menyerang Kuwait atau Saudi. Saddam sangat sadar bahwa dalam perang Irak-Iran, Kuwait dan Saudi sangat mendukung posisi Irak. Jadi tidak mungkin kalau Irak akan menyerang Kuwait dan Saudi.

Ide gila menginvasi Kuwait ketika itu muncul di benak Saddam, karena dia terus diprovokasi oleh utusan-utusan dari kedutaan besar Inggris dan Prancis. Utusan itu terus datang ke Saddam memprovokasi dirinya agar menyerang Kuwait. Alasan yang dibawa utusan itu ialah, Kuwait diduga telah menyedot cadangan minyak Irak dari wilayah Kuwait. Utusan-utusan penipu itu meyakinkan Saddam Husein dengan data-data, fakta-fakta, yang dibuat-buat. Saddam pun terprovokasi, sehingga akhirnya menginvasi Kuwait. Saddam mengklaim Kuwait adalah sebuah provinsi, bagian dari wilayah Irak.

Ketika Irak sudah menginvasi Kuwait, syaitan-syaitan dari Inggris dan Perancis segera melarikan diri dari arena. Peranan selanjutnya dikerjakan Amerika Serikat. Amerika merasa dirinya sangat peduli, sangat mencintai, sangat memuja bangsa Kuwait; mereka pun tampil sebagai pahlawan, siap menegakkan keadilan dan melenyapkan penindasan. Tak lupa pahlawan-pahlawan kesiangan Amerika membawa slogan Rambo, 
“NO ONE CAN STOP ME!”

Akhirnya, Irak digebuk dari berbagai arah. Ribuan ton rudal dijatuhkan ke wilayah Irak, puluhan ribu pasukan, ratusan pesawat tempur, tank, kapal induk, dll. dikerahkan ke Irak. Amerika tidak berani menghadapi Irak sendiri, mereka menggandeng negara-negara Sekutu NATO.

Tahukah Anda, apa yang terjadi setelah itu?

Ribuan rakyat Irak tewas sebagai korban, rumah-rumah hancur, masjid-masjid hancur, sekolah, perpustakaan, museum, fasilitas listrik, transportasi, dll. semua hancur. Irak menjadi negara puing-puing. Mereka luluh lantak. Katanya, sampai saat ini korban jatuh di pihak rakyat Irak dan tentaranya, berjumlah lebih dari 1 juta jiwa sejak Perang Teluk 1990-1991 itu. Negeri Irak hancur bukan karena kegagahan prajurit Amerika, tetapi karena pesawat-pesawat tempur dan rudal mereka. Amerika sedikit memakai tenaga manusia. Kalau perang, mereka lebih suka memakai alat-alat militer.

Lalu siapa yang disuruh membiayai peperangan itu? 
Semua biaya perang itu dibebankan kepada: Kuwait dan Saudi. Seingat saya, ketika itu Saudi harus mengeluarkan biaya sekitar US$ 30 miliar (atau sekitar 300 triliun rupiah). Begitu pula Kuwait, kas negara itu dikuras oleh pasukan Sekutu. Belum lagi, konsesi pengelolaan minyak di Irak, Kuwait, Saudi pasca Perang Teluk, sangat dicampuri kepentingan Amerika, Inggris, Prancis. Prancis pernah marah kepada Amerika, karena mereka hanya kebagian porsi kue ekonomi kecil. Sebegitu bejatnya kaum kuffar terlaknat itu. Mereka sendiri yang membuat perang, mereka yang terjun perang, mereka pula yang minta diongkosi. Habis sudah, kekayaan-kekayaan negeri Muslim.

Lihatlah betapa kejinya kelakuan syaitan-syaitan kafir itu! Mereka memprovokasi Irak agar menyerang Kuwait, setelah itu Irak ditinggalkan. Selanjutnya mereka mendukung negara Irak dihancurkan Amerika dan Sekutu. Setelah perang usai, Irak hancur, Saddam menderita, Saudi dan Kuwait disuruh membayar biaya perang. Ini semua adalah akal-akalan gila orang kafir terkutuk, semoga laknat Allah, para Malaikat, dan alam semesta menimpa wajah-wajah mereka, menimpa  mereka, menimpa hidup mereka. Allahumma amin.

…Kafir-kafir terkutuk ini rupanya tidak puas dengan menghisap ratusan triliun kekayaan kaum Muslimin selama Perang Teluk lalu. Kini mereka BERSIAP-SIAP MENGHISAP KEKAYAAN KAUM MUSLIM DI ASIA TENGGARA, khususnya di Indonesia-Malaysia… 
Coba saja, siapa yang paling diuntungkan oleh konflik Indonesia-Malaysia ini? Siapa wahai bangsa Indonesia, siapa? Yang paling diuntungkan, adalah kafir-kafir yang mencari makan di negeri kita itu. Mereka semua kini sedang bersiap menjerumuskan kita dalam perang antar saudara serumpun, yang akibatnya pasti merusak kehidupan rakyat Indonesia dan Malaysia sendiri. Sementara mereka terus saja mengeruk kekayaan kita tanpa henti.

Okelah, andaikan harus berperang dengan Malaysia. Tetapi pertanyaannya, akan kita kemanakan para kolonialis-kolonialis asing itu? Apakah akan kita biarkan saja mereka terus mengeruk kekayaan negeri ini? Apakah adil, kita berperang melawan Malaysia karena alasan-alasan yang bisa dirundingkan antar pemimpin birokrasi kedua negara, sementara itu kita diam saja atas penjajahan oleh perusahaan-perusahaan asing yang sejak tahun 70-an (selama 40 tahunan) aktif mengeruk kekayaan negeri ini? Apakah ini suatu keadilan?

Kita tidak pungkiri betapa sakit hati kita karena menghadapi sikap-sikap oknum di Malaysia yang overacting, kejam kepada TKI, dan sangat melecehkan. Sebagai bangsa yang masih punya harga diri, kita marah. Tapi masalahnya, kondisi itu kita ciptakan sendiri. Kita telah memilih Reformasi 1998. Di balik Reformasi ini ada gelombang LIBERALISME di segala bidang. Akibat liberalisme, kehidupan kita hancur-lebur, seperti sekarang.

Dalam kondisi rusak, lemah, dan hancur ini, kita tak mampu meninggikan martabat kita. Wajah kita tertunduk lesu, memandangi kekalahan bangsa dalam pergolakan politik yang tak jelas ujungnya itu. Saat lemah seperti ini, apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga harga diri bangsa? Tidak ada! Kelemahan ini adalah PILIHAN kita sendiri yang meminta Reformasi, meminta demokrasi liberal, meminta ekonomi liberal, meminta pemimpin seperti Gus Dur, Megawati, dkk.

Semua ini pilihan kita sendiri!

Demi Allah, janganlah kita buka IDE GILA tentang konfrontasi Indonesia-Malaysia. Kita ini bangsa serumpun, sama-sama Muslim. Jangan mau diadu domba oleh syaitan-syaitan keji yang terus gentayangan menjajakan proposal perang itu. Kita yang nanti berperang, kita yang sama-sama bonyok, sementara mereka terus menghitung untung dari jualan senjata.

Indonesia-Malaysia menjadikan bidikan berikutnya. JANGAN BODOH, JANGAN LEBAY! Kita harus pintar melihat kenyataan. Andaikan nanti kita sudah merasakan 1001 nestapa akibat peperangan yang kita sendiri tak punya kemampuan menerjuni perang itu, barulah kita akan sadar arti dari “kotoran” yang dilempar aktivis Bendera ke Kedubes Malaysia. Kotoran itu kelak bisa dikutuk oleh berjuta manusia di Indonesia-Malaysia.

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah perselisihan di antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Qs Al-Hujurat 10).

"...Pay IT Forward, please..."

Bandung, 21 Ramadhan 1431 H.

(Disarikan dari :
- Ide Gila, Perang Indonesia Vs Malaysia!
oleh Biru Hati Syaheed pada 03 September 2010 jam 6:56
- AM. Waskito.
http://abisyakir.wordpress.com/)

Senin, 30 Agustus 2010

Pong Harjatmo : POLISI ITU BANCI


Maraknya aksi perampokan bersenjata akhir-akhir ini mengusik aktor senior Pong Harjatmo. Pong yang sempat menunjukan kekecewaannya terhadap kinerja pemerintah dengan memanjat dan mencoret gedung DPR/MPR kini juga menyayangkan kinerja pihak kepolisian.

Pong Harjatmo|Foto: Galih W Satria CnR
JAKARTA -CnR/OMG- Maraknya aksi perampokan bersenjata akhir-akhir ini mengusik aktor senior Pong Harjatmo. Pong yang sempat menunjukan kekecewaannya terhadap kinerja pemerintah dengan memanjat dan mencoret gedung DPR/MPR kini juga menyayangkan kinerja pihak kepolisian.
buat apa, mestinya polisi-polisi gendut yang nanganin provost dulu yang beresin. Jadi yang nakal-nakal intern yang beresin,"kata Pong ketika ditemui di Crown Plaza, Jakarta, Jumat (27/8/2010) malam.
Pada kesempatan itu, Pong bergarap agar mental dan moral para pemimpin bangsa ini harus dibenahi. "Bentuk Indonesia baru. Harus tegas, jadi yang merusak Indonesia biar jera yang koruptornya, narkobanya, ilegalo"Polisi itu banci dan kerja samanya untuk keamanan kurang. Kalau polisi kerjanya maksimal engga perlu ada KPK, Coruption Watch. Provost ging kan itu yang merusak Indonesia. Yang bersih dari koruptor, bersih dari mental-mental bejat yang merugikan bangsa dan negara," ujar Pong.
Pong pun mempunyai rencana untuk melakukan aksi berikutnya dalam bentuk kekecewaan dirinya terhadap kinerja pemerintah. "Tapi saya enggak bisa kasih tahu sekarang, tapi kalau saya akan bertindak akan saya kasih tau," utas Pong. (Fiyan/Sab Agust 28, 2010).

Jumat, 27 Agustus 2010

Polisi Jangan Sok Hebat Deh
Oleh Hanin Mazaya

Setelah penangkapan atas Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang menuai kritik dari berbagai pihak, tidak terkecuali pengamat terorisme yang menilainya sebagai sesuatu yang dipaksakan, kritik kembali mengalir ke tubuh lembaga itu menyusul permintaan kepolisian kepada Kominfo untuk menutup situs dukungan atas ulama sepuh tersebut.
"Kita minta kepada kementerian yang punya otorita kalau bisa mem-block atau mencari tahu siapa orang yang mengganggu ini," ujar Kabid Penum Mabes Polri, Kombes Pol Marwoto Soeto kepada detikcom, Senin (23/8/2010).

Bahkan menurut Waspada Online, "Para pimpiman Mabes Polri, khususnya Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, belakangan ini tidak hanya meminta secara terbuka untuk memblokir situs pendukung Ba'asyir, juga memerintahkan kepada media massa agar tidak meneruskan pemberitaan pada isu-isu tertentu. Beberapa isu itu termasuk kasus yang terkait dengan Komjen Susno Duadji dan 'rekening gendut' perwira Polri."

Hal ini pun menuai kritikan dari berbagai pihak khususnya pers.

Menanggapi permintaan Polri itu, pemimpin redaksi maubilangapa.com, Muhammad Arief Tampubolon, menilai hal itu sangat berlebihan. Permintaan pihak kepolisian itu dapat mengganggu kebebasan masyarakat yang mengungkapkan dukungan kepada Abu Bakar Ba’asyir.

"Ya wajar saja masyarakat menyuarakan dukungannya kepada Ba'asyir melalui situs-situs web. Kita semua tahu Ba’asyir adalah sosok yang disegani dimata masyarakat, khususnya kalangan Islam," kepada Waspada Online, Arief mengatakan, malam ini.

Ba’asyir, menurutnya, adalah seorang ulama dimata kalangan muslim, bukan teroris. Arief meminta pihak kepolisian agar tidak melontarkan hal-hal yang dapat membauat rasa sensitif kalangan ummat Isla. "Apalagi sekarang ini bulan puasa. Pernyataan dan tindakan polisi bisa sangat sensitif sehingga memacing amarah sebagian ummat Islam," katanya.

"Polisi jangan sok hebatlah. Masa' polisi sampai minta situs pendukung Ba'asyir diblokir. Ini keterlaluan,” tegas Arief sambil menyayangkan sikap Polri itu..

Nada serupa dilontarkan oleh pemimpin redaksi gomedan.com, Hasiholan Siregar, yang mengatakan bahwa polisi ikut-ikut Menteri Kominfo untuk memblokir situs-situs tertentu. "Jangan menyepelekan hak warga negara. Mabes Polri jangan lah ikut-ikutan Kemkominfo. Kenapa harus situs yang jadi sasaran? Dan Abu Bakar Ba’asyir belum tentu teroris beneran," kata Hasiholan kepada Waspada Online.

Menurut Hasiholan, Abu Bakar Ba’asyir adalah seorang ustad dan tokoh agama yang seruannya banyak didengar oleh masyarakat. Ini tidak memastikan bahwa mereka yang mendengar dan menjadi muridnya itu adalah teroris.

“Kalau ada situs yang mendukung dirinya karena menjadi tahanan kasus teroris, bukan berarti situs itu berhubungan dengan terorisme. Bisa saja situs itu forum komunikasi untuk memberikan dukungan kepada Ba’asyir agar tetap tabah dan tawakal mengahadapi cobaan selama di tahahan, bukan terkait terorisme,” terang Hasiholan.

Upaya kepolisian dalam memberangus kebebasan masyarakat untuk memperoleh informasi dan menyebarkannya ini memang tampak terlalu berlebihan, apalagi menurut hasil pantauan media, situs yang dimaksud seperti Freeabb.com hanya memuat komentar, pemberitaan, foto, dan pernyataan sikap ormas yang memberikan dukungan kepada Ustadz Ba'asyir.

Bahkan menurut Effendy Ghazali, permintaan Polri itu bertentangan dengan peraturan. Sebagaimana dikutip Waspada Online, pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) menegaskan, "Kalau hanya mengungkapkan simpatik kepada Ba'asyir, ya tidak boleh diblokir. Itu bertentangan dengan peraturan.” (muslimdaily/arrahmah.com)
Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...

Sabtu, 21 Agustus 2010

DIMANAKAH POSISIMU, DIBARISAN TAUHID ATAU BARISAN TOGHUT ?

Segala puji hanya milik Allah, Robbul ‘aalamiin, Sholawat dan Salam semoga Allah limpahkan kepada penutup para Nabi, keluarga dan para sahabat seluruhnya. Amma ba’du,

Saat Allah Ta’ala mewajibkan kaum muslimin di Mekkah untuk hijrah ke Madinah, maka orang-orang yang mampu untuk hijrah, mereka hijrah, kecuali sejumlah orang yang berat meninggalkan kampong halaman, harta benda dan keluarga. Serta mereka lebih mengutamakan hal itu terhadap hijrah ilallah. Pada saat perang Badar, mereka dipaksa oleh kaum musyrikin untuk ikut dalam barisan mereka menghadapi kaum muslimin, dan di antara mereka itu ada yang terbunuh oleh panah kaum muslimin, maka Allah Ta’ala menjelaskan perihal nasib mereka pada saat kematian dan tempat akhir mereka :

إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Sesungguhnya, orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya, “dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekkah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Orang-orang itu tempatnya neraka jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisaa: 97)

Ucapan malaikat adalah: di barisan mana kalian ini, apakah di barisan anshor tauhid ataukah di barisan kaum musyrikin dan anshor thoghut?
Dan tatkala realita mereka adalah sangat jelas berada di barisan kaum musyrikin dan aparat thoghut serta mereka tidak bias berkilah lagi, maka mereka berlindung kepada alasan ketertindasan dan mereka tidak mengatakan bahwa “keyakinan kami masih lurus”, karena mengetahui bahwa alasan tersebut tidak berguna. Tapi apakah alasan ketertindasan yang mereka utarakan itu diterima?? Ternyata tidak! Dan justru malaikat malah mengatakan , di dunia mereka itu halal darah dan hartanya, sedang di akherat maka .
Paksaan masuk dalam barisan anshor syirik tidaklah menjadi alasan syar’I, karena di awal mereka sendiri yang salah, dimana mereka tidak hijrah saat mampu untuk hijrah, sehingga akhirnya mereka dipaksa bergabungan dalam barisan anshor syirik.

Bila ini adalah status orang yang menjadi anshor thoghut padahal mereka dipaksa, maka bagaimana dengan orang-orang yang menjadi anshor thoghut secara sukarela, dan bagaimana dengan orang-orang yang merasa bangga?
Sedangkan di antara thoghut terbesar zaman ini adalah Undang-Undang Dasar, hukum buatan dan Undang-Undang turunannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu, mereka hendak Berhakim Kepada Thoghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thoghut itu. Dan syaithon bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa: 60)
Allah Ta’ala menyebut hukum atau Undang-Undang selain yang diturunkan-Nya sebagai thoghut yang harus diingkari dan dijauhi, sebagaimana firman-Nya Ta’ala:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): “ibadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thoghut itu!” (An- Nahl: 36)
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Barang siapa ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Allah, maka dia telah memegang erat ikatan tali yang sangat kokoh yang tidak akan putus. (QS. Al Baqoroh: 256)

Sedangkan tali ikatan yang sangat kokoh yang tidak akan putus itu adalah Laa ilaaha illallah. (Jadi, barang siapa yang INGKAR KEPADA THOGHUT dan BERIMAN KEPADA ALLAH, maka dia telah memegang kuat-kuat ikatan LAA ILAAHA ILLALLAH… -ed)

Bila kalian telah mengetahui bahwa hukum buatan manusia, atau UUD dan Undang-Undang turunannya, atau syari’at bikinan manusia –atau selain syari’at Allah- itu adalah di antara bentuk thoghut yang harus dijauhi dan diingkari, maka saya bertanya kepada kalian : Apakah kalian berada di barisan anshor tauhid ataukah di barisan aparat thoghut setelah kalian mengetahui bahwa dinas kalian ini (bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara) (UUD 1945, bab 12 pasal 30 ayat 3 perihal Tugas TNI), padahal yang kalian lindungi ini adalah Negara berhukum thoghut ?

Bukankah tugas pokok kalian di antaranya adalah (mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945) (UUD RI No. 34 Th.2004 tentang TNI)?
Bukankah kalian telah mengikrarkan syahadat syirik, yaitu (setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945) (point pertama sumpah prajurit)?
Dan bukankah kalian telah menyatakan bahwa (Kami warga Negara RI yang BERSENDIKAN Pancasila) (point pertama Sapta Marga)?
Coba kalian posisikan diri kalian sendiri dengan firman Allah Ta’ala ini:

الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thoghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaithon itu, karena sesungguhnya tipu daya syaithon itu adalah lemah.” (QS. An Nisaa: 76)

Allah Ta’ala telah memvonis yang berjuang/berperang di jalan thoghut sebagai orang-orang kafir dan kawan-kawan syaithon.
Sedangkan nasib kalian di akherat bila tidak taubat adalah sebagaimana firmannya Ta’ala: “Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat dan bala tentara iblis semuanya.” (QS. Asy Syuraa: 94-95)

Oleh sebab itu bersegeralah bergabung bersama dengan Anshor Tauhid dan keluarlah dari dinasmu yang kafir ini!
Kalian juga wahai para penegak hukum dari kalangan polisi, bukankah yang kalian tegakkan itu hukum thoghut? sebagaimana kitab yang kalian sucikan:
(Kepolisian Negara RI sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum) (UUD 1945 bab 12 pasal 30 ayat 4)
Kalian ini alat bagi Negara dan pemerintah thoghut dalam menjalankan hukum kafirnya. Nilailah diri kalian denga firman Allah Ta’ala ini:

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah thoghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya (keimanan) kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah: 257)

Janganlah kalian beralasan bahwa kalian hanya menjalankan tugas hukum dan perintah pimpinan, karena itu semua tidak bias merubah status kalian dan ancaman Allah Ta’ala terhadap orang-orang kafir seperti kalian:

إِنَّأَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَ للَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا (64) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا (65) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا عْنَا الرَّسُولَا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا (67) رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

“Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka) mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata : “alangkah baiknya andaikata kami ta’at kepada Allah dan taat (pula) kepada Rosul.” Dan mereka berkata: “Ya Robb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin kami dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Robb kami, timpakanlah kepada mereka ‘adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (QS. Al Ahzab 64-68).

Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan perihal dua kelompok dari para penghuni neraka yang akan muncul di kemudian hari, di antaranya [orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukuli manusia. (HR.Muslim dari Abu Hurairah)]

Orang-orang itu di antaranya adalah pemerintah dan para thoghut kalian yang menindas manusia, sedangkan cemeti yang merupakan alat untuk menindas bukan untuk mengayomi adalah kalian dan dinas yang seperti kalian. Jadi apa kalian ini polisi penegak hukum Allah atau penegak hukum thoghut?

هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ (19) يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ (20) وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ (21) كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُوا فِيهَا وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (22)

“Itulah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Robb mereka, maka orang-orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit mereka. Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka, lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka akan dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): “Rasakanlah ‘adzab yang membakar ini.” (QS Al Hajj : 19-22)
Dan apakah orang bersumpah untuk setia dan taat penuh kepada thoghut itu berada di barisan pembela tauhid ataukah di barisan abdi dan hamba thoghut??

Jawabannya jelas, bahwa dia ada di barisan abdi thoghut. Dan kalian wahai para PNS bukankah berdasarkan Peraturan Pemerintah kalian No. 21 Tahun 1975 pasal 6 kalian telah mengikrarkan bai’at syirik berikut ini:
“Demi Allah, saya bersumpah:
Bahwa saya untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. Bahwa saya akan mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab…”

Makna sumpah kalian ini adalah: “Demi Allah, saya akan kefir kepada Allah dan setia kepada thoghut.” Jangan kalian berkilah karena itu adalah makna yang sebenarnya. Coba perhatikan vonis Allah Ta’ala kepada orang semacam kalian dan bahkan dia lebih ringan daripada kalian:

إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ (25) ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَا نَزَّلَ اللَّهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ الْأَمْرِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang murtad ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaithon telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka itu berkata kepada orang-orang yang benci terhadap apa yang diturunkan Allah : “Kami akan mentaati kamu dalam beberapa (sebagian) urusan”, sedang Allah mengetahui rahasia mereka”. (QS. Muhammad: 25-26)

Perhatikanlah baik-baik! Allah memvonis seseorang MURTAD karena sebab ucapannya kepada orang-orang kafir: “Kami akan mentaati kamu dalam beberapa urusan”, maka bagaimana halnya dengan kalian yang berikrar kepada PEMERINTAH KAFIR: “kami akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah” dan “akan mentaati segala peraturan perundang-undangan…”

Jadi jujurlah kepada diri kalian sendiri, di barisan mana kalian ini ?? Apa di barisan penegak tauhid atau di barisan thoghut? Jangan berkilah bahwa keyakinan kalian masih bagus karena keyakinan bermanfaat hanya saat kondisi dipaksa saja. Segeralah berlepas diri dan bertaubat sebelum datang waktu:

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ (166) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ (167)

“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia) pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”, Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka. Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. Al Baqoroh 166-167)
Oleh sebab itu, bersegeralah berlepas diri dari thoghut kalian sebelum datang waktu yang mana penyesalan tidak berguna lagi….
Wal hamdulillahi Robbil ‘aalamiin.

Sijn Sukamiskin Bandung UB 30
Rabu 2 Sya’ban 1428H
NATO Menunggu Ajal di Afghanistan
Oleh: Shahimi bin Tgk. Ilyas Asyi

Situasi perang di Afghanistan akhir-akhir ini tambah runyam bagi pasukan Koalisi yang tergabung dalam NATO. Perkembangan jalannya perang semakin jauh dari ekspektasi dan prediksi para politisi haus kekuasaan dan penjajahan. Para politisi dan penggemar perang di Washington, London, Paris dan negara-negara yang serdadunya ikut menginvasi Afghan mulai pesimis dan harap-harap cemas dengan peluang tentaranya untuk memenangkan Perang Afghan.

Merujuk kembali ke akhir 2001, ketika puluhan ribu pasukan koalisi negara-negara Barat dengan mudahnya merebut Kabul, Mazar-Ie Syarif, Kandahar dan kota-kota lainnya dari tangan pejuang Taliban. Saat itu, di tengah euphoria kemenangan pasukan koalisi yang begitu mudah, sejumlah pengamat militer memberikan prediksi yang hari ini terbukti benar. Analisisnya mudah saja, Pejuang Taliban tentu tidak siap berhadapan secara langsung dalam peperangan terbuka melawan tentara NATO, disamping keterbatasan personil, kekurangan senjata dan amunisi dalam peperangan frontal, juga ketersediaan logistik yang tidak memadai dalam peperangan singkat. Oleh karena itu, Taliban sengaja meninggalkan kota-kota utama Afganistan dan mundur teratur menuju pedalaman, bersiap-siap untuk peperangan panjang ala gerilya..

Pejuang Taliban yang tentu saja tidak punya pasukan reguler untuk mempertahankan kota, meninggalkan kota-kota untuk menghindari korban sipil akibat bombardir brutal dari udara, tetapi tidak semua daerah mereka kosongkan, daerah-daerah yang secara geografis menguntungkan bagi perjuangan mereka pertahankan mati-matian, pertempuran di pegunungan Tora Bora di akhir tahun 2001 memperlihatkan dimana pejuang Taliban di bantu gerilyawan Al-Qaeda berhasil memukul mundur pasukan koalisi yang dibantu oleh pasukan Aliansi Utara. Para analis militer telah memperingatkan, bahwa mundurnya Taliban bukan berarti kekalahan, tetapi lebih merupakan strategi militer brilian dalam menghadapi situasi perang asimetris.

Pejuang Taliban dan Al-Qaeda memilih mengorganisir kekuatan yang lebih baik, merekrut ribuan pejuang baru, disamping menyiapkan senjata dan amunisi yang lebih dari cukup untuk perang berpuluh-puluh tahun.

..Para analis militer telah memperingatkan, bahwa mundurnya Taliban bukan berarti kekalahan, tetapi lebih merupakan strategi militer brilian dalam menghadapi situasi perang asimetris..

Pakar militer legendaris dunia, Sun Tzu, dalam bukunya The Art of War menyebutkan bahwa jika peperangan terjadi berlarut-larut maka pihak penyeranglah yang paling dirugikan, moral tentara yang anjlok karena perang tak kunjung dimenangkan. Sementara pihak di posisi bertahan punya lebih banyak waktu mengatur kembali barisan dan organisasi mereka, walaupun mereka lebih inferior dalam persenjataan dan taktik. Strategi inilah yang dipilih Taliban, menjadikan perang berlarut-larut, dengan sesekali melakukan serangan kejutan, meruntuhkan moral tentara musuh. Kecanggihan teknologi yang dimiliki tentara NATO menjadi tidak efektif, karena semua peralatan modern itu dioperasikan oleh tentara-tentara yang semangatnya mulai anjlok - karena mereka tidak tahu pasti alasan mereka berperang dan untuk apa mereka mati di medan Afghan yang ganas.

Berdasarkan hitungan korban pasukan koalisi dari laman independen icasualties.org, tahun –tahun pertama perang korban di pihak pasukan koalisi relatif sedikit dan bisa diterima menilik dari lama dan luas areal peperangan. Tetapi tahun-tahun selanjutnya korban terus meningkat pesat, mencapai total 521 nyawa yang tewas di palagan Afghan pada tahun 2009. Seiring dengan bertambahnya korban tewas, maka kekalahan mulai mendekat, dimulai dari kekalahan politik, ditandai menurunnya dukungan publik dalam negeri untuk perang Afghan, terjadinya perpecahan antar pejabat dan parlemen menyangkut kebijakan strategi perang yang semakin kacau. Disusul anggaran negara yang terkuras untuk membiayai perang, membuat ekonomi mengalami kelesuan, karena uang yang seharusnya dipakai untuk membiayai pembangunan domestik dialokasikan untuk kelangsungan operasi militer di negara yang bahkan tujuan operasi itu belum terasa manfaatnya sama sekali.

Taliban yang pada awal-awal perang tersingkir lambat laun telah kembali ke tengah-tengah rakyat Afghan, merebut satu persatu distrik dan kabupaten, memberlakukan Syariat Islam di wilayah yang dikuasai, serta memenangkan hati dan pikiran penduduk sipil. Kesabaran Taliban dalam menyusun strategi telah mulai membuahkan hasil yang manis.

Taliban- sekali lagi – telah memainkan strategi yang benar-benar brilian dalam menghadapi musuh dengan senjata lebih superior. Mereka, yang tentu saja tahu betul seluk beluk Afghanistan, berhasil memanfaatkan dan mengumpulkan faktor-faktor kemenangan secara simultan.

..Seiring dengan bertambahnya korban tewas, maka kekalahan mulai mendekat, dimulai dari kekalahan politik, ditandai menurunnya dukungan publik dalam negeri untuk perang Afghan, terjadinya perpecahan antar pejabat dan parlemen menyangkut kebijakan strategi perang yang semakin kacau

Sebagai contoh, menurut pengakuan seorang komandan lapangan Taliban, mereka secara cerdik memanfaatkan betul kondisi geografis Afghanistan untuk mencapai target taktis dan strategis. Taliban menggunakan pola serangan dan pertahanan yang begitu variatif tergantung kondisi geografis medan, di Helmand, Kandahar dan Afgan Barat, bom ranjau IED (Improvise Explosive Devices) menjadi senjata pilihan paling efektif karena medan terbuka dan tidak menyediakan tempat perlindungan cukup. Di ibukota Kabul, serangan bom jibaku (istisyhadiyah) jadi pilihan utama, karena begitu banyak target terbuka berupa pos-pos pemeriksaan dan markas pasukan koalisi, dimana banyak berkumpul personel, sehingga hasil serangan bisa maksimal. Di bagian Timur dekat perbatasan Pakistan, provinsi Kunar dan Nuristan, maka bentrok senjata lebih sering terjadi dalam skala besar, karena areanya bergunung-gunung dan hutan yang sangat sesuai untuk perlindungan alami.

Pelan tapi pasti wilayah yang dikuasai Taliban semakin luas, mengurung dan memaksa pasukan NATO tinggal di kota-kota saja, sementara para prajurit yang melakukan patroli harus siap-siap menghadapi resiko terburuk, jadi sasaran IED. Distrik yang menurut NATO diklaim telah dikuasai pun ternyata malah menjadi kuburan baru. Marjah contohnya, menurut NATO mereka berhasil menguasai distrik di provinsi Helmand ini setelah melalui serangkaian pertempuran berat. Nyatanya Taliban tetap memegang kontrol atas wilayah ini.

Di lain pihak, pasukan NATO yang mulai frustasi berat, semakin kehilangan dukungan dari rakyat Afgan, ini terjadi juga karena ulah mereka yang sering menjadikan penduduk sipil sebagai sasaran pelampiasan, tidak terhitung lagi berapa kali pesawat maupun artileri NATO menghantam sasaran-sasaran sipil, mengakibatkan ribuan korban tak bersalah. Hal ini secara langsung menjadikan dukungan kepada Taliban semakin kuat di tengah legitimasi pemerintahan Hamid Karzai yang begitu lemah. Penduduk Afgan semakin jijik melihat pasukan asing yang tanpa malu melakukan pelanggaran berbagai nilai-nilai Islam yang dalam masyarakat Afghan dihargai begitu tinggi, berkali-kali pasukan NATO melecehkan kitab suci Al-qur’an (dimana pelanggaran seperti itu tidak bisa dimaafkan sama sekali).

Angka tentara koalisi yang mengalami stress dan frustasi terus meningkat, tidak hanya di level prajurit yang saban hari berhadapan dengan maut, juga di level perwira tinggi, lihatlah kasus Jenderal Stanley McChrystal, mungkin akibat frustasi dan perbedaan kebijakan dengan Washington, langsung menumpahkan uneg-uneg kepada publik melalui majalah Rolling Stone. Kalau tentara selevel jenderal saja yang kerjanya hanya duduk di belakang meja sudah begitu frustasi, bisa dibayangkan apa yang terjadi pada level prajurit rendahan yang berada di lapangan dan berjibaku dengan lawan. Tingkat stress yang tinggi akibat perang nampak ditunjukkan oleh tingginya angka bunuh diri prajurit yang baru pulang dari medan perang, meningkatnya angka perceraian di keluarga prajurit, kekerasan dalam rumah tangga, serta angka kejahatan yang dilakukan oleh para prajurit veteran perang.

..Nampaknya Amerika dan NATO tidak pernah belajar dari sejarah, bahwa tidak ada bangsa yang mampu mengalahkan bangsa Afghan, mulai dari Alexander Yang Agung, Inggris, hingga Soviet yang akhirnya hancur berkeping-keping setelah menerima kekalahan telak dalam perang di tahun 80-an..

Pemerintah boneka Karzai di Kabul pun idem dito, semakin kehilangan kepercayaan rakyat Afghanistan karena budaya suap, korupsi dan ketidakmampuan mengefektifkan pemerintahan. Pemerintah Kabul tidak berdaya melindungi rakyatnya yang dibantai pasukan asing, tindakan yang dilakukan hanya sebatas mengecam dan mengecam, tanpa mampu bertindak lebih. Hal ini membuat mayoritas rakyat Afgah memposisikan pasukan NATO – dan juga pemerintahan sendiri- sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas segala kehancuran dan karena itu harus dilawan.

Maka ditengah segala situasi tersebut, NATO menjalankan misi menggantang asap dalam perang Afgan. Satu persatu anggota koalisi mulai ngacir dan lepas tanggung jawab, Belanda contohnya, Pasukan negeri tulip ini kabur setelah terus menerus menerima kekalahan di Provinsi Uruzgan, walaupun dalam pemberitaan media-media mainstream mereka mundur karena keadaan telah pulih, nyatanya mereka mundur karena tidak tahan lagi berperang.

Nampaknya Amerika dan NATO tidak pernah belajar dari sejarah, bahwa tidak ada bangsa yang mampu mengalahkan bangsa Afghan, mulai dari Alexander Yang Agung, Inggris, hingga Soviet yang akhirnya hancur berkeping-keping setelah menerima kekalahan telak dalam perang di tahun 80-an. Beruntunglah Islam yang mempunyai ummat seperti bangsa Afghan yang gagah perkasa, sebuah bangsa yang tidak sudi dijajah oleh siapapun.

Kini, menjejak bulan Agustus 2010, korban tewas pasukan koalisi sudah menembus angka 2000 orang, sudah saatnya pasukan koalisi bernapas dalam-dalam, bersiap-siap menerima kekalahan telak yang akan segera menimpa mereka. Fragmen sejarah baru akan tercatat, dimana kekuatan militer terbesar dunia akhirnya takluk di tangan pejuang-pejuang bersenjata kuno, kekuatan militer terbesar dunia yang akan pulang ke negeri mereka dengan hina dan kepala tertunduk, setelah bangsa Afghan yang gagah menghajar mereka dengan telak. Fragmen sejarah juga akan mencatat, dimana Amerika akan kembali tergelincir, jatuh terjerembab di pegunungan Hindu Kush dan padang pasir Helmand, sebagaimana mereka juga pernah tergelincir dan terjerembab di Tepi Sungai Mekong, Vietnam. INSYAALLAH!! (Voa-Islam.com)

*) Penulis adalah mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Unsyiah, Banda Aceh.

Jumat, 20 Agustus 2010

AWAS ! JANGAN TERKECOH "ISLAM PALSU" BUATAN KRISTEN ADVENT

Jangan mudah terkecoh, waspadalah terhadap ajaran Islam yang diembel-embeli nama lain, misalnya: Islam Hanif, Islam Jama’ah, Islam Murni, Islam Liberal, Islam Progresif, Islam Liberal, dan sebagainya, karena Islam yang benar dan diridhai Allah SWT adalah “Islam” (tanpa embel-embel apapun) yang mengamalkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Islam aneh-aneh ini adalah ajaran sesat yang tujuannya adalah merusak Islam.

Saat ini, di Bandung marak gerakan pemurtadan (kristenisasi) yang bermuara pada ajaran Islam Hanif yang digagas Robert Walean. Menurut Suryana Nurfatwa, Ketua Gerakan Reformis Islam Jawa Barat (Garis) Jawa Barat, dalam kasus pemurtadan di Garut dan Babakan Ciparay Bandung, semua pelakunya mengaku dari gereja Advent Hari Ketujuh. Modus dan buku-buku yang digunakan sama, yakni menyebarkan diktat yang ditulis oleh Robert Walean.

Dr Robert Paul Walean adalah aktivis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK). Pria asal Minahasa 70 tahun yang kini tinggal di Koja, Tanjung Priok Jakarta Utara merekayasa agama ‘Islam Hanif’ sebagai trik penginjilan terselubung untuk memurtadkan umat Islam.

Untuk menyebarkan Islam Hanif, Walean menulis buku Alkitab Menubuatkan Islam Hanif Akan Masuk Surga (32 halaman). Sebelum membeberkan ajaran Islam Hanif, Walean meyakinkan pembaca bahwa buku yang ditulisnya sesuai dengan Al-Qur’an, lalu ia mewajibkan umat Islam menjadi pengikut Islam Hanif. Walean menegaskan:

“Islam Hanif bukan ajaran Kristen. Islam Hanif adalah ajaran yang ada dalam Al-Qur’an” (hlm. 5).

“Tujuan pekabaran bukan untuk mengkristenkan, tapi untuk membawa orang agar diselamatkan di akhirat nanti. Baiklah umat Islam tetap menjadi Islam, tapi harus menjadi Islam Hanif” (hlm. 10).

Setelah mengelabui pembaca, Walean mulai memasukkan doktrin Kristen Advent yang dikamuflase dengan ayat-ayat Al-Qur’an:

“Ajaran Islam Hanif berpatokan pada Kitab Al-Qur’an dan Kitab-kitab sebelumnya. Ayat utama ajaran Islam Hanif adalah pada Al-Qur’an surat An-Nahl 123: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu Muhammad: “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.”

Jadi, agama Islam yang benar adalah agama Nabi Ibrahim yang hanif... Cara ibadahnya tertulis pada ayat 124 surat yang sama (An-Nahl): “Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.” (hlm. 14-15).

...Walean memasukkan doktrin Kristen Advent yang dikamuflase dengan ayat-ayat Al-Qur’an…

Dalam uraian tersebut Walean sengaja mengacaukan istilah ”Islam Hanif.” Darimana Walean memungut nama agama ”Islam Hanif?” Padahal Al-Qur’an surat An-Nahl 123 yang dijadikan dalil itu sama sekali tidak menyebutkan kata “Islam Hanif.” Kata “hanif” dalam ayat tersebut jelas bukan menunjuk pada sebuah nama, tapi sifat yaitu sifatnya Nabi Ibrahim. Perhatikan baik-baik, dalam ayat tersebut tertulis dengan jelas “Ibrahim seorang yang hanif” (ibrohiima haniifan). Nabi Ibrahim disebut hanif karena memiliki ketulusan dan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah, sesuai dengan penggalan ayat berikutnya, bahwa beliau adalah orang yang tidak mempersekutukan Allah.

Jika konsekuen ingin mengikuti agama Nabi Ibrahim, seharusnya Walean tidak beragama Islam Hanif maupun Kristen Advent. Karena Nabi Ibrahim mewasiatkan agar anak-anaknya berpegang teguh memeluk agama Islam (tanpa embel-embel Islam Hanif).

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (Qs. Al-Baqarah 132).

Mengaku sebagai pengikut Nabi Ibrahim yang mengamalkan ajaran Al-Qur’an, tapi masih setia menjadi Kristen Advent, menambah daftar penipuan Walean. Bukankah Al-Qur’an sejara tegas menyatakan Nabi Ibrahim bukan seorang Kristen (Nasrani)?

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif (lurus) lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik” (Qs Ali Imran 67).

Doktor Robert Paul Walean semakin terperosok dalam kesalahan fatal, ketika mengajarkan bahwa ibadahnya Nabi Ibrahim adalah hari Sabtu (Sabat) berdasarkan Al-Qur'an surat An-Nahl 124. Lagi-lagi Walean ceroboh dalam membaca. Ayat ini sama sekali tidak menyebutkan Nabi Ibrahim beribadah pada hari Sabtu. Bukankah dalam ayat tersebut termaktub dengan jelas bahwa syariat Sabat itu pernah diwajibkan kepada umat Yahudi? Perhatikan baik-baik kutipannya: ”Sesungguhnya diwajibkan menghormati hari Sabtu atas orang-orang Yahudi yang berselisih padanya.”

…Dr Robert Walean adalah orang yang miskin wawasan agama, baik agama Islam maupun Kristen...

Dengan ajaran kebaktian hari Sabtu (Sabat) yang diklaim mengikuti teladan Nabi Ibrahim, jelaslah bahwa Walean adalah orang yang miskin wawasan agama, baik agama Islam maupun Kristen. Buktinya, dalam Bibel pun tidak ada ayat yang menyebutkan Nabi Ibrahim (Abraham) menjalankan hukum Sabat. Bukankah hukum Sabat diberlakukan pada masa Nabi Musa? Baca baik-baik kitab Perjanjian Lama berikut: Ulangan 5:1-12; bandingkan: Keluaran 16:23, 20:8-11, 35:2-3, 35:15, dan Imamat 16:31, 19:30.

Dengan penyimpanan yang disengaja, maka tak diragukan lagi bahwa Walean bukanlah pengagum Nabi Ibrahim, tapi pengkhianat sejati dan pembenci Nabi Ibrahim. Al-Qur’an mengingatkan bahwa para pembenci agama Ibrahim adalah orang bodoh yang memperbodohi dirinya sendiri.

“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri.” (Qs. Al-Baqarah 130).

...Di balik tipuan nama agama ‘Islam Hanif” itu, Walean menyusupkan doktrin Kristen Advent yang dijustifikasi dengan ayat-ayat Al-Qur'an secara menyimpang…

DOKTRIN KRISTEN DALAM “ISLAM HANIF” AJARAN WALEAN

Di balik tipuan nama agama ‘Islam Hanif” itu, Walean mengajarkan doktrin-doktrin Kristen Advent yang dijustifikasi dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditafsirkan secara menyimpang. Inilah beberapa doktrin Kristen yang disusupkan Walean dalam agama Islam Hanif:

1. Doktrin Soteriologi (Keselamatan) Melalui Penebusan Dosa

“Perlu diketahui bahwa di setiap pembuka surat Al-Qur’an tercantum ‘Bismillahiir Rahmaniir Rahiim’ yang artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bahkan di setiap kegiatan kita dianjurkan untuk menyebutkan demikian. Jadi sesungguhnya intisari Al-Qur’an adalah untuk menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang Rohmaniir Rahiim. Sedangkan konsep keselamatan melalui penebusan adalah membuktikan bahwa Allah adalah Allah yang Rohmaniir Rohiim. Karena kita tidak disiksa” (Islam Hanif Akan Masuk Surga , hlm. 25).

2. Doktrin Kematian Yesus Kristus untuk Menebus Dosa

“Satu-satunya cara Allah membuktikan Dia adalah Allah yang Maha Kasih lagi Maha Penyayang dan tidak merubah hukum-Nya, adalah dengan cara Allah sediakan pengganti/Jurusyafaat. Siapakah Jurusyafaat itu? Kata Jurusyafaat sama dengan Perantara atau Juruselamat yaitu Almasih. Ada lebih 25 kali kata Almasih dalam Al-Qur’an yang ditujukan kepada Isa Putra Maryam. Isa Almasih adalah satu-satunya utusan Allah yang pantas menjadi pengganti (penebus) dosa umat manusia karena Dia sendiri tidak pernah berdosa. Satu-satunya utusan Allah yang tidak pernah berdosa adalah Isa Putra Maryam. Kalau dia pernah berdosa tentu tidak pantas menebus dosa orang lain. Ganjaran yang setimpal untuk dosa adalah harus mati di neraka. Maka untuk menggantikan (menebus) kematian umat manusia di neraka, Isa Almasih telah mati dan sudah dibangkitkan dan diangkat Allah.” (Islam Hanif Akan Masuk Surga, hlm. 26-27).

3. Doktrin Kristen Advent Sebagai Jemaat yang Benar

Dalam diktat berjudul “Kebenaran Yang Terungkap dari Al-Qur’an dan Alkitab,” Walean menyatakan bahwa satu-satunya kebenaran adalah Gereja Jemaat Advent:

“KESIMPULAN. Kita patut dan sepantasnya bangga dan bersyukur kepada Allah karena kita berada dalam Gereja/Jemaat yang benar, yang telah dinubuatkan dalam Alkitab. Tidak ada lagi gereja lain yang dinubuatkan dalam Alkitab selain GMAHK (Wahyu 10:9-10) yang mempunyai tanda/ciri khusus Gereja yang sisa di akhir zaman yaitu: Menuruti 10 hukum Allah dan memiliki Kesaksian Yesus yaitu Roh Nubuat (Wahyu 1217, 19:10).

…Umat Islam harus waspada, jangan terkecoh oleh tipuan Pendeta Robert Walean yang merekayasa doktrin-doktrin Kristen Advent dalam agama palsu bernama “Islam Hanif…

Maka meskipun Jemaat GMAHK mempunyai banyak kekurangan yang perlu ditegur dan perlu diperbaiki, janganlah kita keluar dari GMAHK karena Gereja inilah yang benar dan akan menjadi perhatian Kristus yang paling utama sampai akhir zaman. Tugas Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20). (hlm. 148).

Secara institusi, metode penginjilan berkedok Islam Hanif yang dipraktikkan oleh Walean itu didukung secara resmi oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) DKI Jakarta. Dalam surat pernyataan resmi di atas kop surat GMAHK DKI Jakarta, Pendeta L. Situmorang selaku Ketua GMAHK DKI Jakarta membuat pernyataan di atas materai bahwa ia mempercayai seperti apa yang dituliskan oleh Robert Walean.

Jadi, umat Islam harus waspada, jangan terkecoh oleh tipuan Pendeta Robert Walean yang merekayasa doktrin-doktrin Kristen Advent dalam agama palsu bernama “Islam Hanif” yang menyelewengkan ayat-ayat Al-Qur'an. Tangkap dan laporkan para penginjil dan siapapun kepada pihak yang berwajib, adili sesuai hukum yang berlaku. [a ahmad Hizbullah/si / voa-islam.com]

Rabu, 18 Agustus 2010

MEMBEDAH MAKNA "FI SABILILLAH" DALAM AL-QUR'AN DAN HADITS

Bismillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, dan para sahabatnya.

Banyak pertanyaan seputar makna syar'i Fi Sabilillah yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulillah shallallahu 'alaihi wasallam. Karenanya harus ada upaya menjelaskannya secara gamblang menurut pemahaman pada Salafus Shalih Ridwanullah 'alaihim.

Infak Fi Sabilillah

Kita awali pembahasan ini dengan sebuah ayat yang sering disalah pahami,

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah: 195)

Sebab turunnya ayat ini yaitu ketika para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari kaum Anshar mulai enggan berinfak untuk Jihad fi sabilillah dan mereka lebih mengutamakan urusan pertanian mereka untuk memperbaikinya dan meninggalkan jihad, maka datanglah larangan dari Allah Ta'ala sebagaimana yang dijelaskan Abu Ayyub al-Anshari dalam sebuah hadits. Karenanya, makna menjerumuskan diri ke dalam kehancuran adalah sibuk mengumpulkan harta dan mengurusinya serta meninggalkan jihad. (HR. Muslim, al-Nasai, Abu Dawud dan al-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan al-Hakim dari jalur Aslam bin 'Imran. Lihat Fathul Baari, Kitab al-Tafsir, VIII/185. Dan keterangan lebih lanjut silahkan baca: Meninggalkan Jihad: Menjerumuskan Diri dalam Kebinasaan).

Imam Bukhari menjelaskan dalam shahihnya tentang ayat di atas, "Ayat tersebut diturunkan berkaitan dengan nafaqah (infak). Kemudian dijelaskan oleh Ibnul Hajar dalam Fathul Baari tentang ucapan Imam al-Bukhari di atas, yaitu meninggalkan infak fi sabilillah 'Azza wa Jalla. (Fathul Baari: VIII/185)

Makna yang serupa dengan ayat di atas juga terdapat dalam firman Allah,

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya fi sabilillah (di jalan Allah. . ." (QS. Al-Baqarah: 261) melalui penafsiran Ibnu Abbas dan Makhul radliyallah 'anhum. Ibnu Abbas berkata, "Dalam jihad dan haji, maka dirham yang diinfakkan dalam keduanya akan dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat. Karena inilah Allah Ta'ala berfirman, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji . . ."

Makhul berkata, "Yakni berinfak dalam urusan jihad, seperti menyiapkan kuda yang ditambat untuk berperang, menyiapkan persenjataan, dan selainnya." (Lihat tafsir Ibnu Katsir pada ayat tersebut).

Hijrah dan Jihad

Sebagaimana yang firman Allah Ta'laa:

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً

"Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak." (QS. Al-Nisa': 100)

Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa Fadhalah bin Ubaid al Anshari, salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam- melewati dua jenazah. Salah seorang mereka meninggal dunia dalam medan perang terkena lemparan Manjanik dan seorang lainnya, meninggal (bukan karena serangan musuh). Orang-orang condong mengerumuni kuburan seorang yang terbunuh tadi, sementara Fadhalah duduk di sisi kuburan orang yang meninggal satunya. Lalu dikatakan kepada Fadhalah, "Engkau meninggalkan orang yang syahid dan tidak duduk di sisinya?" kamudian Fadhalah menjawab, "Aku tidak perduli akan dibangkitkan dari dua kuburan mana. Sesungguhnya Allah berfirman,

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقًا حَسَنًا وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُدْخَلًا يَرْضَوْنَهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَعَلِيمٌ حَلِيمٌ

"Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun." (Tafsri IbnuKatsir III/201. Kisah ini juga diriwayatkan Ibnul Mubarak dalam kitabul Jihad)

Kalau kita perhatikan dalam kitabullah, kita dapatkan bahwa kalimat hijrah dan jihad sering bergandengan. Berikut ini beberapa hadits Rasulillah shallallahu 'alaihi wasallam yang menjelaskan bahwa hijrah itu untuk jihad.

Dari Abil Khair, Junadah bin Umayyah menyampaikan kepadanya bahwa beberapa laki-laki dari sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berincang-bincang. Salah seorang mereka berkata, "Sesungguhnya hijrah telah selesai." Lalu mereka berbeda pandangan tentang hal itu. Kemudian Junadah pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Ya Rasulallah, sesungguhnya orang-orang berkata bahwa hijrah telah selesai. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya hijrah tidak akan terputus selama jihad masih ada." (Hadits shahih riwayat Ahmad)

Dari Abdullah bin Umar radliyallah 'anhuma berkata, Kami datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Para sahabatku masuk terlebih dahulu dan menyampaikan hajatnya, sementara aku pada urutan terakhir. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apa hajatmu?" Aku menjawab, "Ya Rasulallah, kapan hijrah selesai?" Beliau menjawab, "Hijrah tidak akan terputus selama orang kafir masih diperangi." (HR. Nasai dan Ahmad)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, namun yang ada adalah jihad dan niat. Apabila kalian diperintahkan berjihad, maka keluarlah berjihad'." (HR. Muslim)

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Maksud tidak ada hijrah sesudah al-Fathu (penaklukan) adalah Fathu Makkah. Al-Khathabi dan lainnya berkata, "Hijrah adalah kewajiban diawal Islam bagi orang yang telah masuk Islam karena sedikitnya jumlah kaum muslimin di Madinah dan kebutuhan untuk bersama-sama. Ketika Allah sudah menaklukkan Makkah, maka manusia masuk Islam dengan berbondong-bondong. Karenanya, kewajiban hijrah ke Madinah telah habis dan hanya tersisa kewajiban jihad dan niat bagi orang yang melaksanakannya atau ketika musuh masuk menyerang."

Imam al-Thibbi rahimahullah dan lainnya berkata, "Bahwa hijrah yang bermakna meninggalkan negeri yang telah ditentukan (Makkah) menuju Madinah telah selesai, hanya saja meninggalkan negeri karena jihad akan tetap ada."

Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Sesungguhnya kebaikan yang terputus dengan selesainya hijrah dari Makkah menuju Madinah bisa diperoleh dengan jihad dan niat yang baik. . . (Fathul Baari: VI/38-39)

"Fi Sabilillah" Menurut Pemahaman Salafus Shalih

Kita wajib menafsirkan Al-Qur'an dan Sunnah dnegan pemahaman para Salafus Shalih. Artinya, istilah-istilah ini harus kita sesuai dengan pemahaman orang-orang yang memiliki istilah tersebut. Misalnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan salah satu kelompok penerima zakat adalah fi sabilillah. Kalimat ini secara bahasa maknanya global, yaitu setiap amal yang dilakukan seseorang untuk mendapat pahala dari Allah. Dari sini, seseorang yang memberi makan (menafkahi) istrinya dengan mengharap pahala dari Allah termasuk fi sabilillah. Seseorang yang makan makanan dengan niatan untuk menguatkan badannya guna ibadah kepada Allah juga termasuk fi sabilillah. Maka apabila kita tafsirkan kalimat fi sabilillah seperti itu, maka seseorang boleh memberikan zakat kepada istrinya dengan niatan berharap pahala dari Allah, dan sudah termasuk fi sabilillah. Penafsiran secara linguistik atau lughawi semacam ini bisa menyebabkan kekufuran karena tidak boleh seseorang memberikan zakat untuk dirinya sendiri atau istrinya. Dan ini akan bisa merusak agama Allah.

Karenanya, dalam menafsirkan lafadz lughawi wajib mengembalikan dan mengikatnya dengan pemahaman generasi awal umat ini dan membatasinya dengan makna yang berlaku di tengah-tengah mereka.

Lalu apa pembatas dan ikatan yang digunakan syari'at dalam memaknakan kalimat "fi sabilillah?" pembatas dan pengikatnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Dirham yang engkau nafkahkan untuk dirimu sendiri, dan dirham yang engkau nafkahkan untuk istrimu, dan dirham yang engkau nafkahkan fi sabilillah. . . " dari sini kita pahami bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah membedakan antara apa yang dimakan sendiri oleh seseorang dan apa yang dinafkahkannya untuk istrinya serta apa yang dia infakkan fi sabilillah (di jalan Allah). Jadi, menurut istilah syari'at, apa yang dia nafkahkan untuk istrinya bukan termasuk fi sabilillah, walaupun menurut bahasa dia masuk kategori fi sabilillah.

Apa makna istilah yang berlaku di kalangan ulama salaf ketika mereka mengucapkan kalimat "fi sabilillah"? Apa makna yang berlaku dikalangan sahabat ketika mereka mengucapkan kalimat "fi sabilillah"? Kemudian ikatan apa yang ditentukan oleh syariat terhadap lafadz ini ketika kita mengucapkan "fi sabilillah"? jawabannya adalah jihad fi sabilillah. Inilah pendapat yang tepat dalam masalah ini.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah memperluas masalah ini ketika ditanya, "Apakah boleh seseorang memberikan hartanya dari zakat mallnya untuk berhaji? Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Haji adalah fi sabilillah." Karenanya, kalimat fi sabilillah dipakai untuk haji dalam kondisi ini saja, tidak dalam setiap kondisi. Para sahabat bertanya tentang haji, karena mereka memahami haji, pada dasarnya, bukan termasuk fi sabilillah. Lalu mereka bertanya tentang haji, bolehkan berinfak untuk haji? Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Haji adalah fi sabilillah." Karenanya, dalam kondisi ini haji termasuk fi sabilillah dan haji tidak selamanya masuk dalam kalimat fi sabilillah menurut Al-Qur'an dan Sunnah, karena adat yang berlaku dikalangan sahabat dalam memahami fi sabilillah adalah jihad. (Disarikan dari khutbah Syaikh Abu Qatadah al Falisthini dengan judul 'Urf al-Shahabah fii fahmi Al-Qur'an)

. . . karena adat yang berlaku dikalangan sahabat dalam memahami fi sabilillah adalah jihad.

Menurut Syaikh Abdullah Azzam rahimahullah, "Adapun kalimat Fi Sabilillah memiliki makna syar'i sendiri, yaitu qitaal (perang). Karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

لَغَدْوَةٌ أَوْ رَوْحَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

"Sungguh pagi-pagi hari atau sore hari berangkat berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dari sini, engkau keluar dari masjidmu lalu mendakwahi manusia termasuk fi sabilillah ... tidak, ini termasuk mengeluarkan nash-nash dari maknanya yang syar'i. Makna pergi pagi-pagi atau di sore hari di jalan Allah adalah pergi pagi-pagi atau pada sore hari ke peperangan, itu lebih baik dari dunia dan apa saja yang ada di dalamnya.

Makna pergi pagi-pagi atau di sore hari di jalan Allah adalah pergi pagi-pagi atau pada sore hari ke peperangan, itu lebih baik dari dunia dan apa saja yang ada di dalamnya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ شَابَ شَيْبَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa yang tumbuh satu uban fi sabilillah (di jalan Allah), dia akan memiliki cahaya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, al-Nasai, dan al-Baihaqi dalam Sunan Kubranya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Shahihah, no. 2555) maknanya adalah di jalan jihad, yang sampai beruban karena menghadapi hiruk pikuk jihad.
Rasullullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَاعَدَ اللَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ بِذَلِكَ الْيَوْمِ سَبْعِينَ خَرِيفًا

“Barangsiapa yang berpuasa satu hari fi sabilillah (di jalan Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka dengan puasanya tersebut sejauh 70 tahun perjalanan.” (HR. Ahmad, Nasai, Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan al-Nasai, no. 2245) maknanya adalah di jalan jihad, puasa di dalam jihad. Jika tidak demikian maknanya, maka puasa orang muslim yang benar adalah fi sabilillah.

Kalau begitu, kalimat fi sabilillah, apabila dikehendaki oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai makna tunggal adalah perang. (Tarbiyah Jihadiyah, Syaikh Abdullah Azam, II/117-118)

Kalau begitu, kalimat fi sabilillah, apabila dikehendaki oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai makna tunggal adalah perang.

Imam al-Bukhari rahimahullah berkata, “Apabila kalimat fi sabilillah disebutkan secara global di dalam Al-Kitab dan Sunnah, akan bermakna jihad.” (Tafahiim al-Bukhari: II/80. Disebutkan oleh Syaikh Al-Mujahid Azhar dalam kitabnya Fadhail al-Jihad, hal. 56)

Ibnu Rusyd rahimahullah dalam Bidayatul Mujtahid menyebutkan, “Apabila kalimat fi sabilillah disebutkan secara global akan bermakna jihad.”

Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Ibnul Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari, bahwa kalimat fi sabilillah jika disebutkan secara global, pasti bermakna jihad.

Ibnul Jauzi berkata, “Apabila fi sabilillah disebutkan secara global, maka maksudnya adalah jihad.” (disebutkan oleh Ibnul Hajar dalam Fathul Baari)

Ibnu Daqiq al-‘Ied rahimahullah berkata, “Kebiasaan yang paling sering dalam pemakaiannya (fi sabilillah) adalah dalam jihad.” (Disebutkan dala fathul Baari jilid VI)

Al-Sarkhasi berkata, “Secara global, dipahami darinya (maksud fi sabilillah) adalah jihad.” Disebutkan sendiri oleh al-Sarkhasi dalam Syarah al-Siyar al-Kabir, jilid VI)

Imam Nawawi rahimahullaah berkata, “Secara dzahir maknanya (hadits pergi berjihad di pagi dan sore hari) tidak khusus pada pergi di waktu pagi dan sore hari dari negerinya, tapi pahala ini akan diperoleh pada setiap pagi dan sore hari dalam perjalanannya menuju peperangan. Begitu juga berada di medan peperangan pada waktu pagi dan sore hari, karena semuanya dinamakan fi sabilillah.” (Syarah Shahih Muslim, jilid ke-13) yakni dengan menggabung makna: Di jalan menuju perang dan di medan peperangan itu sendiri. (Dinukil dari Tarbiyah Jihadiyah wal Bina, DR. Abdullah Azam, II/118)

Makna Jihad

Jihad secara bahasa adalah bersungguh-sungguh, berberat-berat, dan bercapek-capek. Adapun menurut syar’i, maknanya adalah qital (perang).

Dari Amru bin ‘Anbasah radliyallaahu 'anhu berkata, ada seorang laki-laki bertanya, “Hijrah apa yang paling utama?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Jihad.” Dia bertanya lagi, “Apa itu jihad?” beliau menjawab, “Engkau memerangi orang kafir apabila engkau bertemu dengannya.” Dia bertanya lagi, “Jihad apa yang paling utama?” Beliau menjwab, “Siapa yang mengorbankan seluruh hartanya dan dialirkan darahnya.” (Disebutkan secara ringkas dari hadits shahih yang panjang yang marfu’ kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Imam al-Shan’ani berkata, Jihad adalah bentuk masdar dari jaahadta jihaadan, artinya telah sampai pada puncak bersusah-susah. Ini adalah makna lughawi. Sedangkan menurut syar’i, “Mengerahkan seluruh kemampuan/kesungguhan dalam memerangi orang kafir atau pemberontak.” (Subulus Salam: IV/41)

Ibnu Rusyd berkata, “Setiap orang yang mencapekkan dirinya dalam beribadah kepada Allah, sungguh telah berjihad di jalan-Nya. Hanya saja, bahwa jihad Fi Sabilillah apabila disebutkan secara global tidak berlaku kecuali pada memerangi orang-orang kafir dengan pedang sehingga mereka masuk Islam atau menyerahkan jizyah.” (Lihat ‘Umdah al Fiqh hal. 166 dan Muntaha al-Iradaat: I/302)

Setiap orang yang mencapekkan dirinya dalam beribadah kepada Allah, sungguh telah berjihad di jalan-Nya.

Hanya saja, bahwa jihad Fi Sabilillah apabila disebutkan secara global tidak berlaku kecuali pada memerangi orang-orang kafir dengan pedang sehingga mereka masuk Islam atau menyerahkan jizyah.

Ibnu ‘Arafah al-Maliki berkata, “Jihad adalah perangnya orang Islam terhadap orang kafir yang tidak memiliki ikatan perjanjian, untuk meninggikan kalimat Allah atau bertemu dengannya (di medan perang) atau dia memasuki negerinya (orang muslim).” (Haasyiyah Al-Banani ‘ala Syarah khalil II/106)

Ibnu Najam al Hanafi berkata, “Jihad adalah menyeru kepada agama al-Haq (Islam) dan berperang terhadap orang yang tidak mau menerima (menyambut seruan) dengan jiwa atau harta.” (Al-Bahru al-Raa’iq: V/76 juga dalam Fathul Qadiir milik Ibnu Hammam: V/187)

Imam al-Syairazi berkata, “Jihad adalah qital (perang).” (Al-Muhadzab: II/227)

Imam al-Baajuuri al-Syaafi’i berkata, “Jihad: maknanya perang di jalan Allah." Lalu Ibnul Hajar berkata, “Dan menurut syara’: mengerahkan kesungguhan di jalan Allah.” (Fathul Baari, jilid VI)

Syaikh Abu al Mundzir al-Saa’idi hafidzahullah berkata, “Setiap kata jihad yang disebutkan oleh nash tentang makna jihad dengan selain makna ini (qital/perang) harus disertakan qarinah (keterangan) yang menunjukkan makna yang dimaksud. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

"Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya (Al-Qur'an) dengan jihad yang besar." (QS. Al-Furqan: 52) Qarinahya kata ganti dalam Bihi yang kembali kepada Al-Qur’an dan juga ayat ini adalah Makkiyah, pada saat itu belum disyariatkan jihad.

Contoh lainnya dalam sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, ففيهما فجاهد, “Pada keduanya kamu berjihad”, ditujukan bagi laki-laki yang datang kepada beliau ingin berjihad. (Mutafaq ‘alaih dari Abdillah bin Amru radliyallaahu 'anhu.

Mencapekkan diri dengan mengurusi kedua orang tua disebut jihad ditinjau dari masalah yang akan ditimbulkan ketika dia pergi berjihad dengan meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah tua, setelah minta izin kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Seolah-olah ada kiasan di antara keduanya, bahwa fungsi dari jihad adalah menghilangkan bahaya yang ditimbulkan musuh sedangkan mengurusi orang tua mendatangkan manfaat terhadap orang tua.

Bahwa kalimat jihad, apabila disebutkan secara global dalam kitabullah dan Sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan perkataan fuqaha’, maka dibawa kecuali kepada perang.

Abu Qatadah al-Falisthini berkata, “Ijma’ itu terakui sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Rusyd. Bahwa kalimat jihad, apabila disebutkan secara global dalam kitabullah dan Sunnah Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan perkataan fuqaha’, maka tidak dibawa kecuali kepada perang. Walau kalimat jihad secara bahasa bermakna mengerahkan kesungguhan dalam rangka menggapai sesuatu atau menolak sesuatu, yang diikat fi sabilillah untuk menunjukkan membela Allah. Kalau begitu, segala sesuatu yang diusahakan seseorang untuk menggapai sesuatu dengan niatan mendapat ridla Allah masuk dalam pengertian jihad secara bahasa. Namun, tidak boleh dijadikan makna pokok. Karenanya, tidak boleh menggunakan makna umum ini untuk menyebut jihad. Seharusnya makna lafadz jihad fi sabilillah dibawa kepada makna yang dipahami dan berlaku penggunaan oleh generasi awal umat ini. Wallahu a’lam bil shawab.

(PurWD/voa-islam.com)

Ditulis oleh Zaid Mahmud dari Majalah Nida’ul Islam. Diterjemahkan dengan sedikit tambahan oleh Badrul Tamam.